Rabu, 21 September 2011

CERPEN

CAHAYA UNTUK TIDORE
Cerpen Komang Widana Putra

              Teriakan Narissa menguap begitu saja ke udara. Serupa gugusan embun yang menempeli tetulang daun pepohonan purba sepanjang Oxygen Street. Bunyi klakson dua mobil di belakang punggungnya tak dihiraukannya. Begitu pula dengan udara dingin yang mengepungnya dari segala penjuru. Ia hanya berharap bayangan Tidore yang berjalan di depannya, sekitar seribu langkah, menghentikan tapaknya, menoleh lantas berbalik arah ke selatan mendekati Narissa. Mendekapnya, merasakan degup cinta Narissa yang gemeretak menggigil. Akan tetapi, itu hanya gelembung harapan yang tak mewujudkan diri, malah kian menjangkau langit buram. Lantas pecah tak terperi. Bayangan Tidore semakin jauh, menyelinap di antara flat-flat tua bercat kuning kusam. Suara langkah sepatunya yang yang berat bagai bergema di pendengaran Narissa di tengan pusaran kebisingan klakson mobil yang menyalak kian tak sabar.