Minggu, 02 Juni 2013

PENULISAN CERPEN



MENULISLAH APAPUN KESUKAAN ANDA, BAKAT ANDA. MENULISLAH DARI SEKARANG!
1. Strategi Tiga Kata
BUKU, KUCING, NASIB
      Buku itu disimpannya di tempat yang tersembunyi begitu ia rampung membacanya, sebab ia tidak ingin ada orang lain tahu bahwa ia membaca buku seperti itu. Buku itu berjudul “Teknik Berciuman” dan agar judulnya tak terbaca oleh orang lain, ia menyampuli buku tersebut dengan kertas kalender bergambar kucing persia. Sesungguhnya ia sendiri belum punya pacar yang bisa dicium dengan berbagai teknik yang ditunjukkan dalam buku tersebut. Nasibnya selama ini selalu buruk jika berurusan dengan perempuan.
2. Mempertunjukkan cerita
Mempertunjukkan apa yang dilakukan oleh karakter akan lebih efektif daripada menceritakannya kepada pembaca bahwa seseorang telah melakukan sesuatu.
CONTOH
       Doni menyantap sarapannya, kemudian mandi dan pergi ke warung. Di warung ia bertemu dengan seorang gadis dan mereka bercakap-cakap beberapa waktu. Doni menyukainya tepi gadis itu menolak cintanya. Kemudian Doni kembali ke rumah.
BANDINGKAN
       Doni menatap makanan yang sudah menjadi dingin di depannya. Empat hari lalu ia makan di tempat ini dan seorang pelayan rumah makan secara tidak sengaja menyenggol meja dan menumpahkan minumannya. Gadis itu meminta maaf dan buru-buru mengeringkan genangan minuman di meja. Sejak peristiwa itu, senyum dan aroma gadis itu seperti mendekam di dalam dadanya.
      Kini ia datang lagi dan berharap bisa bertemu lagi dengan gadis itu, bertukar senyum. Dan jika memungkinkan, berkenalan dengannya. Tapi gadis itu tidak ada. Sudah dua jam ia duduk di rumah makan ini dan gadis itu tidak nampak sama sekali. Akhirnya, dengan bergerak malas, ia menyantap makanan yang dipesannya dan memutuskan untuk segera meninggalkan tempat itu. Ketika ia baru mau bangkit dari tempat duduknya, tiba-tiba tercium olehnya aroma segar yang seperti sudah dikenalnya sangat lama. Ia menolehkan kepalanya mencari sumber wewangian. Gadis yang dinantinya berdiri di ambang pintu sedang melangkah masuk. “Hai!” sapa gadis itu, suaranya terdengar lembut dan matanya begitu cerah.
Doni tak tangkas menjawab sapaan itu. Mulutnya terkunci beberapa detik dan kemudian tersenyum dengan cara yang ia rasakan sendiri tidak wajar. Ia ingin duduk lagi, tapi sudah telanjur hendak keluar.
3. Deskripsi Lima Indra
Deskripsi yang baik membuat cerita “hidup” di benak pembaca. Ia memikat seluruh indera pembaca, membangkitkan rangsangan emosional, dan membuat karakter-karakter dan segala unsur kehidupan yang dilukiskan dalam cerita menjadi lebih nyata dan bisa dipercaya.
CONTOH
         Lelaki itu mengendap-endap di kegelapan. Rumah yang ditujunya tampak seperti bongkahan hitam. Pintu rumah itu tertutup namun tidak dikunci seperti yang sudah dijanjikan oleh perempuan pemilik rumah. Ia mendorong pintu yang tidak terkunci dengan ujung jari. Rumah itu betul-betul gelap dan matanya tidak bisa melihat apa-apa. Di lorong masuk, tiga saudara lelaki wanita itu tidur di tempat tidur gantung dalam posisi sedemikian rupa hingga tak tampak. Dan ia menabrak tali salah satu tempat tidur gantung yang agak rendah. Lelaki yang tidur di situ membalikkan badan.
BANDINGKAN
Lelaki itu mengendap-endap di kegelapan. Telinganya menangkap dengkur napas saudaranya, batuk ayahnya di kamar sebelah, suara bengek napas ayam di kandang, dengung nyamuk, detak jantungnya sendiri dan segala jenis keributan yang sebelumnya tidak pernah ia perhatikan. Perempuan pemilik rumah itu sudah berjanji akan merapatkan saja pintu rumahnya dan tidak menguncinya, namun ia berharap lebih dari itu. Ia ingin pintu rumah itu terbuka lebar-lebar. Tapi pintu itu tertutup, hanya saja tidak dikunci seperti janji perempuan itu.
Ia mendorong pintu yang tidak terkunci dengan ujung jari, dan engsel pintu mengeluarkan suara seperti rintihan, yang menembus dada dan tinggal di hatinya seperti gema yang membeku. Saat ia melangkah masuk dan berusaha tidak membuat keributan, langsung tercium olehnya bau apek yang sangat ia kenal. Di lorong masuk, tiga saudara lelaki wanita itu tidur dalam posisi sedemikian rupa sehingga tidak tampak. Kakinya meraba-raba dalam gelap dan ia merasa menemukan arah yang benar menuju ke kamar perempuan itu. Ia menemukan pintu kamar perempuan itu. Dan ia menabrak tali salah satu tempat tidur gantung yang agak rendah. Lelaki yang tidur di situ, yang dengkurnya terdengar seperti suara dari zaman purba, membalikkan badan dan bergumam, “Ini hari Rabu.”
Latihan
Tulislah sebuah paragraf tentang suatu tempat yang Anda kenal atau dalam rekaan Anda. Masukkan detail penglihatan, suara, penciuman, perasa, peraba.
4. Karakter
Saya melukiskan manusia seperti yang seharusnya, namun Euripides melukiskan manusia apa adanya (SOPHOCLES, dramawan Yunani)
Karakter dalam cerita bukanlah boneka. Mereka adalah makhluk-makhluk hidup yang memiliki darah, daging, dan rasa sakit, mereka memiliki masa lalu, masa depan dan kehendak.
Siklus Kehidupan:
1. KELAHIRAN
Watak berdasarkan kelahiran, pola asuh yang berbeda
2. MASA REMAJA
Bagaimana lingkungan memepengaruhinya? Bagaimana ia tumbuh?
3. DEWASA
Semakin matang. Tempatkan ia pada situasi sulit yang mengaduk aduk-aduk emosinya.
4. MATI
Karakter besar tak akan pernah mati. Ia akan hidup dalam ingatan pembaca.
5. Plot
Mula-mula saya merasakan dorongan kuat untuk menulis sebuah cerita. Kemudian datanglah karakter-karakter, dan merekalah yang membangun cerita. Dari gerak karakter-karakter itu, muncullah plot (ISAK DINESEN)
Plot memiliki fungsi untuk mengikat perhatian pembaca terhadap tujuan dramatik sebuah cerita. Melalui serangkaian tindakan, kejadian demi kejadian, plot memberikan bentuk dramatik sebuah cerita, mempertahankan keingintahuan pembaca ke arah penyelesaian yang meyakinkan.
6. Dialog
  1. Jangan membuat dialog seperti menyalin percakapan sehari-hari, itu membosankan
  2. Jangan mengulang apa yang ada di dalam narasi, itu pemborosan.
       Contoh
           Lusi melek hingga larut tadi malam dan baru tidur pukul dua dinihari. Ada tugas yang harus ia selesaikan dan tetap tidak rampung ketika ia memutuskan untuk tidur. Akibatnya, ia bangun kesiangan dan, ketika baru mengucak-ucak matanya, tiba-tiba  telepon selulernya berbunyi. “Halo,” katanya dengan suara serak orang bangun tidur.
 “Halo, Lus!  Ya, ampun, kamu baru bangun, ya?” tanya suara di seberang.
             ”Iya,” sahut Lusi, ”Tadi aku tidur jam dua.”
             “Ngapain baru tidur jam dua? Ronda, ya?”
             “Ada tugas yang harus kuselesaikan, capek sekali ngerjainnya.”
             “Sekarang sudah selesai?”
             “Belum juga, sih.”
“Jadi?”
             “Nggak tahu, deh, pasrah aja kali.”
             “Wah, kamu payah! Sudah lembur sampai dinihari, tetap juga belum selesai.”
             “Kamu juga payah, ngapain pagi-pagi bangunin orang?”
             “Pagi-pagi? Ini jam satu siang, Non!”
             “Iya, tapi aku kan baru tidur jam dua.”
             “Eh! Bangun, bangun! Tengah hari masih molor!”
Bandingkan
         Lusi melek hingga larut tadi malam dan baru tidur pukul dua dinihari. Ada tugas yang harus ia selesaikan dan tetap tidak rampung ketika ia memutuskan untuk tidur. Akibatnya ia bangun kesiangan dan, ketika baru mengucak-ucak matanya, tiba-tiba telepon selulernya berbunyi. “Halo,” katanya dengan suara serak orang bangun tidur.
         “Eh! Bangun! Bangun! Tengah hari masih molor!” kata suara dari seberang.
3. Tulislah ringkas-ringkas
4. Jangan membingungkan pembaca
5. Tambahkan bahasa tubuh bila perlu
    CONTOH
        “Bajingan, kau!” katanya, alis matanya bertemu, matanya menantang mataku, dan aku merasa sedikit gentar.
6. Hindari obsesi untuk menuliskan ejaan fonetik
CONTOH
       “Aaa-kkkk-uuu mmm-en-mennn-ciiiiiin-taaii-muu.”
 7. Sudut Pandang
1. SP Orang Pertama
                Aku melihat nenek berjalan terhuyung-huyung melintasi  kamarku. Kaki-kaki tuanya tampak sudah tak terlalu kuat untuk menopang berat tubuhnya. Muka nenek tampak murung. Ia gelisah memikirkan bibiku yang bertekad menjadi pembantu rumah tangga di Hongkong.
YANG BENAR
        .......Muka nenek tampak murung. “Aku gelisah memikirkan bibimu yang bertekad menjadi pembantu rumah tangga di Hongkong,” katanya.
2. SP Orang Kedua
               Kau tahu bagaimana itu semua terjadi. Kau merasa bahwa kau mestinya tidak campur tangan, kau pikir perempuan itu akan mengamuk jika kau melarangnya melakukan apa yang ia sukai. Tapi ketika ia akhirnya harus berurusan dengan polisi, kau habis-habisan menyalahkan dirimu kenapa kau terlalu memberikan kebebasan kepadanya.
3. SP Orang Ketiga
          Perempuan tua itu berjalan tertatih-tatih menaiki tangga. Kaki-kaki tuanya tampak sudah tak terlalu kuat untuk menopang berat tubuhnya. Seto ingin membantunya tetapi neneknya tak pernah mau dipapah. “Aku masih sehat,” kata neneknya selalu. Namun, saat itu, selain tertatih-tatih, perempuan itu tampak murung. Semalam anaknya yang terkecil, bibi Seto, berangkat ke Hongkong bersama dua temannya. Mereka bertekad menjadi pembantu rumah tangga di sana dan hal itu membuat nenek Seto merasa sangat kehilangan.
8. Konstruksi
1. RELEVANSI
Anda harus fokus, menegaskan sesuatu, dan mengaduk cerita dalam keutuhan yang memuaskan tanpa kata-kata yang berlebihan.
2. KESEIMBANGAN
Cerita harus menarik perhatian terus menerus dan menunjukkan keberagaman suasana hati.
3. DRAMATISASI SITUASI
Tanpa momen dramatis, cerita akan menjadi tidak menarik dan tidak mungkin perlu diceritakan
4. SUSPENS
Ketegangan yang membuat kita tergerak untuk terus membaca cerita sampai akhir.
9. Metafora
1. Metafora menghidupkan bahasa
2. Metafora mendorong penafsiran
3. Metafora lebih efisien dan ekonomis ketimbang bahasa sehari hari, ia memberi pengertian yang maksimum dengan penggunaan kata yang minimum
Contoh:
  Rumah saya adalah penjara.
4. Metafora mengisyaratkan kecemerlangan berpikir
      # Berita itu membakar mukanya dan menyapu senyum di bibirnya.



10. Paragraf Pembuka
Melalui kalimat pertama, mereka mencoba menyihir pembaca agar terus terpaku melahap halaman-halaman sampai cerita berakhir.
CONTOH
  # Setiap kali berbicara kepadaku, ibuku mengawali pembicaraan itu seolah-olah kami sedang berdebat.
 # Belatung itu datang kepadaku suatu siang ketika aku sedang mengoleskan deodoran di ketiakku.
# Erindira sedang memandikan neneknya ketika angin yang membawa petaka mulai berhembus.
(disarikan dari buku “Creative Writing” karya AS Laksana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar